You end up speechless, unable to comprehend the meaning of the timeline, eventhough you believe that there is a silver lining to every incident, believing that the All-knowing, Almighty has His plans, you still end up flabbergasted in awe of it all.
Thursday, 25 September 2014
Seorang Akhi
You end up speechless, unable to comprehend the meaning of the timeline, eventhough you believe that there is a silver lining to every incident, believing that the All-knowing, Almighty has His plans, you still end up flabbergasted in awe of it all.
Emily's Death in the opposite house
There's been a death in the opposite house
As lately as today.
I know it by the numb look
Such houses have alway.
The neighbours rustle in and out,
The doctor drives away.
A window opens like a pod,
Abrupt, mechanically;
Somebody flings a mattress out, -
The children hurry by;
They wonder if It died on that, -
I used to when a boy.
The minister goes stiffly in
As if the house were his,
And he owned all the mourners now,
And little boys besides;
And then the milliner, and the man
Of the appalling trade,
To take the measure of the house.
There'll be that dark parade
Of tassels and of coaches soon;
It's easy as a sign, -
The intuition of the news
In just a country town.
Emily Dickinson
Stop for a moment
We're too busy and we don't have time to stop and take a breather.
Stop.
Just stop.
Take a moment, bask in the ambience.
Wednesday, 24 September 2014
Susah memang susah
Monday, 22 September 2014
Salamatul sadri
Kalau tidak kerana berlapang dada, sudah lama aku mengeluarkan kata-kata kesat.
Kalau tidak kerana aku sudah membenci untuk kembali ke zaman dahulu, sudah lama aku mengamuk dan marah.
Kalau tidak kerana aku sudah ditarbiyyah dan sedang cuba untuk berubah dan menjadi lebih baik, sudah lama aku mengungkit dan menuding jari siapa yang berbuat onar.
Kalau tidak kerana ukhuwwah dan itsar, sudah lama aku berkira dan tidak berbelas kasihan dan lepas tangan dalam apa jua keadaan pun.
Sedang cuba bersabar dan masih lagi bertahan, tapi tidak tahu bila dan bagaimana kalau dapat sampai ke penghujung.
Moga-moga aku dapat mengawal nafsu, menjaga akhlaq dalam apa jua keadaan, dan Allah ampunkanlah dosa aku yang berlambak ini sehinggakan mencemari qalbu aku dari berlapang dada dan bersabar.
Saturday, 20 September 2014
The real deal.
Ukhuwwah bukan sekadar manis dibibir, teori untuk di bahas dan dibentangkan, dijadikan bahan untuk bercerita sahaja.
Malah lebih dari itu, terjelma pada perbuatan dan kelakuan, diterjemahkan kepada peribadi dan karakter termasuklah tatacara interaksi kita dengan orang lain, dimana kita melebihkan orang lain dari kepentingan diri sendiri tanpa membangkitkan hal-hal tersebut dihadapannya atau sesiapapun.
Di mana hilangnya nilai itsar, yakni perbuatan mengutamakan kehendak, keperluan, kepentingan orang lain dari diri kita sendiri? Adakah kita sanggup menyusahkan diri kita sendiri untuk mempermudahkan urusan orang lain? Pada hematku, perkara ini tidaklah tertakluk pada benda-benda materialistik, apatah lagi bila menyentuh tentang amalan-amalam dalam islam.
Dengan itu, apabila berkata tentang itsar, tidak semestinya bersifat materialistik sahaja seperti barang, duit, makanan dan sebagainya, malah lebih luas dari itu sehinggakan kita bergadai tenaga, waktu dan emosi.
Dan bila aspek-aspek tadi terlibat, maka itulah ujian buat kita, untuk bersabar, untuk melatih dan memupuk kasih sayang antara sesama muslim malah sesama manusia, meskipun kita juga dalam kesusahan dan kesempitan, orang lain diutamakan malah orang yang kita tidak kenali dengan lebih dekat.
Disinilah kita boleh lihat betapa teguh atau tidak iman kita. Apakah kita benar-benar beriman dengan Allah dan ganjaranNya, beriman dengan pembalasan hari akhirat, beriman ingin berpeluang mendapat redhaNya, berpeluang untuk menatap wajah Rabbul Alamin.
Lebih dari itu, sebenarnya kita tidak perlu sentuh pun tentang ukhuwwah melalui perbicaraan kita, melalui kata-kata manis, sajak-sajak dan puisi yang tersohor dan dikenal merata alam siber walhal lebih mudah dan lebih menggugah pabila kita menterjemahkannya dalam kelakuan dan perbuatan, dalam amalan seharian, dalam tingkahlaku dan doa, dalam kesabar memberi lebih dari apa yang kita punyai.
Terkadang, atau mungkin selalu, akhlak itu lebih penting meskipun kalau sikit atau banyak ilmu, miskin atau kaya, sihat atau sakit, dan lain-lain yang bersifat kontradiktif satu sama lainnya. Penekanan pada interaksi dengan manusia kurang difokuskan melainkan lebih kepada penekanan ilmu sehinggakan orang tidak melihat kepada apa yang disampaikan walhal melihat pada siapa yang menyampaikan dan bagaimana mesej itu disampaikan.
Akibatnya, walaupun mesej yang ingin dijelaskan itu benar dan shahih, namun tidak memberi apa-apa efek kalau caranya itu membuat penerima mesej tersebut lebih merasa terkutuk dari dibela dan diselamatkan.
Penerimaan itu lebih bermakna bila kita menggunakan elemen kasih sayang, apatah lagi dengan "ukhuwwah fillah abadan abada".
Walk the talk, my brothers, WALK, the talk.